Wednesday, May 27, 2009

Salah ke menonton TV?

~"Madina" Marshanda yang dikenali melalui rancangan Aqso dan Madina~

Baru-baru ini, isu menonton tv dibangkitkan kembali. Isu menonton tv atau memiliki tv di rumah adalah perkara yang sangat berkaitan kerana tanpa tv di rumah, mana mungkin seseorang itu cenderung untuk menonton tv di rumahnya...

"Apa pendapat akak tentang adanya tv di rumah", seorang sahabat bertanya.

Sebenarnya, isu ini sudah banyak kali dibangkitkan sehingga kadang-kala menjadi punca salah faham dan tertekan. Sudah banyak penjelasan yang diberikan, lalu apa lagi yang menjadi masalah?
Saya sendiri amat keliru... Adakah kerana menonton tv itu tidak termasuk dalam sunnah nabi? atau menonton tv itu tidak syar'i? atau teramat melalaikan?

Sebelum ini, saya pernah terbaca artikel dalam saifulislam.com tentang isu tv. Saya amat bersetuju dengan beliau. Dan hujah ini telah saya panjangkan kepada mereka yang sepatutnya, tetapi saya tidak pasti adakah mereka lupa akan perbahasan yang sebelum ini, atau mungkin mereka telah mendapat ilmu baru yang mengatakan tentang impak negatif menonton tv terhadap tarbiyah ruhiyyah yang telah terpasak di dalam diri kita.

Duhai sahabat... Kita kembali kepada realiti. Memang benar jika ada kenyataan bahawa stesen tv masa kini banyak menghidangkan kepada kita tontonan-tontonan yang tidak sepatutnya. Penuh dengan hiburan, dan sandiwara yang menyakitkan mata. Tapi, saya langsung tidak bersetuju sekiranya ada yang berpendapat, siaran tv sudah hilang manfaatnya...

Bagi mereka yang memilih untuk tidak mahu mengadakan tv di rumah, saya menghormati pendapat itu. Tetapi bagi saya sendiri, tv masih memberi manfaat kepada saya, dan saya tidak akan sekat thareeq untuk menonton tv. Cuma dengan syarat, dia hendaklah menonton tv bersama ibu atau ayahnya agar apa yang ditonton itu, dapat dikawal atau masih dalam kawalan...

Mari kita bayangkan situasi ini...
Mad'u kita sangat gemar menonton rancangan AF, bola sepak, Mentor, audition dsb.... Lalu, kita diajak berbincang dan berbual tentang hal yang digemarinya... Malangnya, setiap kali diajak berbincang, kita selalu mengatakan, "maafla... akak tak tau ape2 pun pasal AF, bolasepak, bla... bla... bla... Rancangan tu tak baik... bla.. bla... bla..."

"Di mana yang tidak baiknya kak, tolong bagi contoh..."

Kita pun terdiam... nak bagi contoh macam mana kalau kita sendiri langsung tidak tau...

Saya tidak bermaksud di sini bahawa lepas ni kita kena pasang Astro, lalu pakat ramai2 kena tengok AF. Tapi, sekurang2nya kita kena ambil tau supaya kita punya modal untuk bercakap... Tidak semena-mena menghentam tanpa hujah...

Bukankah di dalam buku Bagaimana Menawan Hati telah dihuraikan bahawa, antara kaedah kita menawan hati mad'u ialah kita mengambil tau tentang apa yang mereka suka...

Di tv juga banyak diberitakan tentang isu2 semasa... politik wang, kisah MB Perak, peperangan, dsb... Menonton berita di tv merupakan antara jalan mudah untuk untuk mendapatkan maklumat bagi mereka yang malas membaca, atau tidak sempat membaca surat khabar.

Hmmm... Kesimpulannya, entahlah. Terpulang pada diri masing-masing. Jangan sampai di sini tidak menonton tv, tapi di rumah sendiri, menonton tv bagai nak rak.. Balas dendam katanya. Tak kesahla kalau yang ditonton itu adalah rancangan forum perdana hal ehwal islam... Tetap tv jugak kan?

Bak kata ustaz, kita ini sudah mukallaf. Sudah pandai membezakan mana yang baik, mana yang buruk kerana sudah berakal... Bukan lagi kanak-kanak yang perlu dikawal itu dan ini... Jadi, siapa yang berhak menentukan rancangan itu boleh, rancangan ini tidak? Tanyalah pada iman...

Tuesday, May 26, 2009

Perkenankan aku mencintaiMu semampuku...

Untaian kalam yang amat menyentuh hatiku saat kumenanti fajar itu tiba... Moga Engkau memperkenankan cinta ini...

Tuhanku,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintaiMu
Lembar demi lembar kitab kupelajari
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi
Tentang cinta para nabi
Tentang kasih para sahabat
Tentang mahabbah para sufi
Tentang kerinduan para syuhada

Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam
Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan
Tapi Rabbii,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan
dan kemudian tahun berlalu
Aku berusaha mencintaiMu dengan cinta yang paling utama,
tapi Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untukMu
Aku makin merasakan gelisahku membadai
Dalam cita yang mengawang
Sedang kakiku mengambang,
tiada menjejak bumi
Hingga aku terhempas dalam jurang
Dan kegelapan

Wahai Ilahi,
Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu
Aku mencoba merangkak,
menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali
Menatap, memohon dan menghibaMu:
Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii,
Perkenankanlah aku mencintaiMu,
semampuku Allahu Rahmaan,
Ilaahi Rabii Perkenankanlah aku mencintaiMu Sebisaku
Dengan segala kelemahanku Ilaahi,
Aku tak sanggup mencintaiMu
Dengan kesabaran menanggung derita
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa
Karena itu izinkan aku mencintaiMu
Melalui keluh kesah pengaduanku padaMu
Atas derita batin dan jasadku
Atas sakit dan ketakutanku Rabbii,
Aku tak sanggup mencintaiMu seperti Abu bakar,
yang menyedekahkan seluruh hartanya
dan hanya meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan keluarga.
Atau layaknya Umar yang menyerahkan separuh harta demi jihad.
Atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan deenMu.
Izinkan aku mencintaiMu,
melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan.
Pada makanan-makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.

Ilaahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat NabiMu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya.
Karena itu Ya Allah,
perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu,
dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata,
meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.
Robbii, aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu.
Maka izinkanlah aku untuk mencintaimu dalam satu-dua rekaat lailku.
Dalam satu dua sunnah nafilahMu.
Dalam desah nafas kepasrahan tidurku.
Yaa, Maha Rahmaan,
Aku tak sanggup mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah,
yang menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintaiMu,
melalui selembar dua lembar tilawah harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim,
Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah,
yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu. Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagiMu.
Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu.
Maka izinkanlah aku mencintaiMu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru. Allahu Kariim,
aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya,
bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya,
dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya.
Maka izinkanlah aku mencintaiMu di dalam segalanya.
Izinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku.
Agar cinta itu mengalun dalam jiwa.
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.

p/s: saya tak tahu penulis sebenar sajak ni..tapi mungkin org indonesia..it's nice poem..sweet and touching.. Perkenankanlah Aku MencintaiMu Semampuku Publikasi 28/08/2003 13:58 WIB Azimah Rahayu azi_75@yahoo.com

Monday, May 25, 2009

Nadia Pildacil



Untuk tatapan bersama...

Wednesday, May 20, 2009

BINGKAI KEHIDUPAN

Mengarungi Samudera Kehidupan
Kita Ibarat Para Pengembara
Hidup Ini Adalah Perjuangan
Tiada Masa tuk Berpangku Tangan

Setiap Tetes Peluh dan Darah
Tak akan Sirna Di Telan Masa
Segores Luka di Jalan Allah
Kan Menjadi Saksi Pengorbanan

Allah Ghoyatuna
Ar Rosul Qudwatuna
Al Quran Dusturuna
Al Jihad Sabiluna
Almautu fi sabilillah Asma amanina

Allah Adalah Tujuan Kami
Rasulullah Teladan Kami
Al Quran pedoman Hidup kami
Jihad Adalah Jalan Juang Kami
Mati di Jalan Allah Adalah Cita-cita Kami Tertinggi

Waktu yang semakin dihargai...

~Suasana di dalam makmal~

Percaya tak kalau saya katakan bahawa kita akan lebih menghargai waktu bila kita rasa kita semakin tidak cukup waktu?
Lebih tidak cukup waktu buat kita, sebenarnya membuatkan lebih banyak kerja yang boleh diselesaikan, tanpa kita sedari...
Kalau anda tidak percaya, tidak mengapa...
Bila masa terluang, rasa malas untuk melakukan apa saja kerana mind setting mengatakan "Takpe, banyak lagi masa..."
Akhirnya, satu ape pun tak boleh nak buat...
Hahaha... Hati-hati dengan masa yang ada.
Jangan sampai tertipu...

"DEMI MASA.... Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, melainkan mereka yang beramal soleh, dan mereka yang berpesan-pesan dengan kebenaran... dan mereka yang berpesan-pesan dengan kesabaran...."

Anda pula bagaimana? (",)